Selasa, 28 Juli 2015

Ikhwah Yang Terlamar

Copas Dari cacatan Ustd Askar Yaman
Disela-sela I'tikaf di 10 terakhir Ramadhan yang baru lewat, terselip kisah yang begitu menarik dari seorang ikhwah tentang pengalaman beliau sampai ke pelaminan suci. Kisah pernikahannya begitu indah sehingga perlu untuk di share, semoga menjadi inspirasi dan pelajaran yang baik untuk semua.

Kisah bermula dari selepas menempuh pendidikan disalah satu universitas ternama. Keinginan yang kuat untuk mengakhiri masa lajang menyebabkannya ingin cepat walimah ditambah lagi dengan teman seangkatannya yang rata-rata sudah walimah. Namun tekad yang kuat ini terhalang karena pekerjaan yang belum dapat menghasilkan lebih, juga kondisi sulit ekonomi orang tua. Terbayang begitu beratnya walimah dikota ini, selain uang panai (uang belanja) yang tinggi, juga pekerjaan yang belum mapan. Namun hasrat ingin menjaga diri dari arus syubhat dan syahwat yang demikian besar yang menyebabkan dorongan walimah semakin membara.
Maka mulailah beliau bertemu dengan seorang ust dan menceritakan tentang keinginannya untuk walimah. Maka gayungpun bersambut, karena sang ust bukan hanya sekedar mendengar curhat tanpa solusi, tetapi memberikan motivasi yang kuat ke ikhwah ini serta jalan keluar. Beliau memberikan jalan keluar dengan mengajaknya langsung melamar seorang akhwat dengan datang kerumahnya. Wah, masalah besar terjadi, bagaimana bisa langsung melamar akhwat tanpa ada persiapan dana, belum lagi akhwatnya belum pernah dilihat, juga orang tua yang belum mengetahui tentang keinginan walimah apakah beliau setuju atau tidak.
Namun rupanya semangat itu jauh lebih tinggi dari beribu keraguan. Akhirnya berangkatlah ikhwah ini dengan sang ust kesebuah daerah yang terkenal dengan isu uang panai yang tinggi jika ingin melamar. Saking terkenalnya daerah ini dengan uang panai, sehingga sebahagian ikhwah trauma untuk melamar akhwat dari daerah ini.
Setibanya di tempat yang dituju, mulailah sang ust memulai pembicaraan dengan ayah dari akhwat ini serta menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangan. Diluar dugaan, sang ayah justru sangat gembira dengan kedatangan tim kecil ini. Beliau sangat gembira dan menyatakan kegembiraan tersebut dengan mengatakan "alhamdulillah, rupanya yang datang adalah rejeki untuk keluarga kami, kami keluarga sangat bersyukur dan menerima lamaran ini". Rupanya dibalik cerita ini, memang keluarga ini merasa khawatir dengan anak gadisnya ini. Mengapa?, karena anak gadisnya berjilbab besar serta bercadar. Kekhawatir orangtua adalah jangan sampai tidak ada jodoh untuk anak mereka, disamping kerasnya arus berita tentang islam radikal dan cerita-cerita tetangga dan keluarga yang sangat alergi dengan islam seperti ini, Tetapi Alhamdulillah, rupanya ada laki-laki baik-baik yang dari jauh datang melamar anak mereka.
Yang lebih kaget adalah sang ikhwah, mengapa?, karena mereka datang bukan untuk melamar, tetapi hanya datang bersilaturahim. kok, tidak ada dulu pembicaraan uang panai atau mahar dan lain-lain, kenapa langsung diterima kunjungan ini dan dianggap sebagai lamaran?. karena bingung ia pun bertanya dengan terbata-bata, ikhwah pun memulai pembicaraan, "minta maaf puang, saya berterima kasih atas penerimaan ini, cuma terus terang saya ini dari keluarga petani yang miskin, juga saya belum punya pekerjaan yang tetap, apalagi kedatangan kami hanya bersilaturahim, bukan datang melamar".
Tetapi jawaban calon mertua lebih mengagetkan lagi, "tidak mengapa nak, tidak usah khawatir dengan uang mahar dan panai, kami tidak pernah mempersoalkan hal tersebut. Sebenarnya sudah banyak laki-laki yang datang melamar anak saya, namun semuanya saya tolak padahal mereka orang yang kaya. Justru yang saya cari menjadi menantu adalah orang seperti ananda, yang berpenampilan sederhana, berjanggut, serta bertutur kata yang baik. Dan yang terpenting, anak saya yang sangat menerima kehadiran ananda. Ini adalah kali pertama keluarga kami merasa terhormat dengan kehadiran ananda, apalagi membawa kabar baik untuk keluarga besar kami".
Ikhwah ini bukan semakin gembira dengan perkataan calon mertua, tetapi masih ada yang mengganjal. Ia pun berkata, "Tabe' puang, saya belum beritahukan hal ini dengan orangtua. Takutnya beliau tidak setuju dengan hal ini".
Calon mertua pun menjawab, "tidak usah khawatir nak, nanti saya yang akan datang kerumah orangtua ta, sayalah yang nanti berbicara dengan beliau tentang hal yang baik ini, sebutkan saja dimana alamat orang tua dan kapan saya bisa bertemu dengan beliau".

Ringkas cerita lamaran ini pun diterima, pulanglah ikhwah bersama dengan ust. Disepanjang jalan, sang ikhwah masih tidak percaya dengan kejadian ini. Namun karena sudah memulai pembicaraan dengan melamar, ada perasaan malu apabila orangtua tidak menerima akan hal ini, maklum orangtua sang ikhwah dari keluarga petani yang miskin (kata beliau).
Betul saja apa yang menjadi kekhawatiran ikhwah, sewaktu niat baik telah disampaikan ke orangtua, mereka pun marah dengan kemarahan yang belum pernah ikhwah ini melihat sebelumnya, pokoknya marah diatas marah.
Dengan sedikit membentak, orang tua berkata, "apa kamu ingin mempermalukan keluarga, keluarga kita keluarga miskin, hanya petani, sedangkan calonmu itu orang yang kaya raya juga dari orang terhormat. Apa kamu tidak pikir dulu sebelum datang melamar anaknya orang, dari mana uang diambil untuk acara pernikahanmu, belum lagi keluarga kita dari masyarakat biasa, wuihhhh sungguh kamu ingin mempermalukan bapak dan mama nak, yang jelas saya tidak mau dipakasiri'(dipermalukan) nak". Dengan susah payah, ikhwah menjelaskan, namun intinya tetap orang tua menolak.
Tibalah waktu dimana calon mertua ingin datang bersilaturahim kerumah orang tua ikhwah. Sepekan sebelum kedatangan, sang ikhwah memberitahukan bahwa calon mertua akan datang bersilaturahim untuk membicarakan tentang pernikahan. Tetap saja orangtua tidak terima, bahkan mengancam akan meninggalkan rumah jika mereka datang nanti. Hal ini dilakukan orangtua bukan karena tidak mau, tetapi malu dengan kondisi yang miskin dan rendahnya status sosial. Inilah yang membuat ikhwah semakin gundah.
Namun dengan berat, ikhwah pun berkata, "Maafkan saya, mama bapak, saya tau kalau masalah ini sudah menyusahkan, tetapi cukuplah untuk kali ini saja jangan bapak meninggalkan rumah, temuilah orang yang datang, ini permintaan saya, apapun hasil keputusan dari pembicaraanta nanti saya akan terima. Apakah kita mau menolak atau menerima, itu terserah mama dan bapak, saya akan menerima keputusan itu". Dengan berat akhirnya orang tuapun menerima permintaan ikhwah.
Sungguh diluar dugaan, justru calon mertua yang datang adalah ibu dari si akhwat. Beliau datang sendiri sebagai duta dari keluarga. Sang ibu akhwat inipun berkata setelah beberapa kata-kata pendahuluan, "kami dari keluarga sangat bersyukur dengan kedatangan anakta kerumah dengan niat baik untuk menikah dengan anak kami. Kami keluarga tidak pernah ingin menyusahkan keluarga ta, tidak usah khawatir dengan uang panai', juga mahar, apalagi biaya acara pernikahan. Tidak usah dipersoalkan semua itu. Berapapun yang kita siapkan, kami tidak mempermasalahkan, yang penting pernikahan ini bisa berjalan dengan baik dan berberkah". Tetap saja orang tua sang ikhwah malu akan semua ini, namun ibu akhwat kembali menguatkan mereka untuk tetap mempermudah pernikahan.
Dengan mahar dan uang panai yang tidak terlalu besar, berlangsunglah acara akad nikah dan walimah, dimana sebahagian besar dana walimah justru dari keluarga akhwat, tanpa sepengtahuan para tamu yang hadir.

Sekarang ikhwah ini hidup dengan bahagia bersama dengan istri beliau, dan telah dikaruniai seorang anak yang lucu. Semua keluarga sangat bergembira dengan pernikahan ini, bahkan banyak dari keluarga bertanya mengapa cepat sekali mendapatkan anak (maklum baru dua bulan usia pernikahan, istri beliau sudah hamil, dan saat melahirkanpun berjalan lancar dan normal), padahal kami sudah menikah 7 tahun belum dikaruniai anak, ujar beliau. 

Mendengar cerita ini, ana pun sangat terharu, masih ada ya kisah nyata seperti ini, dimana begitu dimudahkannya pernikahan. Semoga beliau dan keluarga diberi sakinah,mawaddah warahma, dijadikannya keturunan beliau anak yang saleh dan salehah, serta senantiasa mendapat keberkahan.
Sungguh dengan menikah 1/2 agama telah ditangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar