Copas Dari cacatan Ustd Askar Yaman
Disela-sela I'tikaf di 10 terakhir Ramadhan yang baru lewat, terselip kisah yang begitu menarik dari seorang ikhwah tentang
pengalaman beliau sampai ke pelaminan suci. Kisah pernikahannya begitu
indah sehingga perlu untuk di share, semoga menjadi inspirasi dan
pelajaran yang baik untuk semua.
Kisah bermula dari selepas menempuh pendidikan disalah satu universitas
ternama. Keinginan yang kuat untuk mengakhiri masa lajang
menyebabkannya ingin cepat walimah ditambah lagi dengan teman
seangkatannya yang rata-rata sudah walimah. Namun tekad yang kuat ini
terhalang karena pekerjaan yang belum dapat menghasilkan lebih, juga
kondisi sulit ekonomi orang tua. Terbayang begitu beratnya walimah
dikota ini, selain uang panai (uang belanja) yang tinggi, juga pekerjaan
yang belum mapan. Namun hasrat ingin menjaga diri dari arus syubhat dan
syahwat yang demikian besar yang menyebabkan dorongan walimah semakin
membara.
Maka mulailah beliau bertemu dengan seorang ust dan
menceritakan tentang keinginannya untuk walimah. Maka gayungpun
bersambut, karena sang ust bukan hanya sekedar mendengar curhat tanpa
solusi, tetapi memberikan motivasi yang kuat ke ikhwah ini serta jalan
keluar. Beliau memberikan jalan keluar dengan mengajaknya langsung
melamar seorang akhwat dengan datang kerumahnya. Wah, masalah besar
terjadi, bagaimana bisa langsung melamar akhwat tanpa ada persiapan
dana, belum lagi akhwatnya belum pernah dilihat, juga orang tua yang
belum mengetahui tentang keinginan walimah apakah beliau setuju atau
tidak.
Namun rupanya semangat itu jauh lebih tinggi dari beribu
keraguan. Akhirnya berangkatlah ikhwah ini dengan sang ust kesebuah
daerah yang terkenal dengan isu uang panai yang tinggi jika ingin melamar.
Saking terkenalnya daerah ini dengan uang panai, sehingga sebahagian
ikhwah trauma untuk melamar akhwat dari daerah ini.
Setibanya di
tempat yang dituju, mulailah sang ust memulai pembicaraan dengan ayah
dari akhwat ini serta menyampaikan maksud dan tujuan dari kedatangan.
Diluar dugaan, sang ayah justru sangat gembira dengan kedatangan tim
kecil ini. Beliau sangat gembira dan menyatakan kegembiraan tersebut
dengan mengatakan "alhamdulillah, rupanya yang datang adalah rejeki
untuk keluarga kami, kami keluarga sangat bersyukur dan menerima lamaran
ini". Rupanya dibalik cerita ini, memang keluarga ini merasa khawatir
dengan anak gadisnya ini. Mengapa?, karena anak gadisnya berjilbab
besar serta bercadar. Kekhawatir orangtua adalah jangan sampai tidak
ada jodoh untuk anak mereka, disamping kerasnya arus berita tentang islam
radikal dan cerita-cerita tetangga dan keluarga yang sangat alergi
dengan islam seperti ini, Tetapi Alhamdulillah, rupanya ada laki-laki
baik-baik yang dari jauh datang melamar anak mereka.
Yang lebih kaget
adalah sang ikhwah, mengapa?, karena mereka datang bukan untuk
melamar, tetapi hanya datang bersilaturahim. kok, tidak ada dulu
pembicaraan uang panai atau mahar dan lain-lain, kenapa langsung diterima
kunjungan ini dan dianggap sebagai lamaran?. karena bingung ia pun bertanya dengan terbata-bata,
ikhwah pun memulai pembicaraan, "minta maaf puang, saya berterima kasih
atas penerimaan ini, cuma terus terang saya ini dari keluarga petani
yang miskin, juga saya belum punya pekerjaan yang tetap, apalagi
kedatangan kami hanya bersilaturahim, bukan datang melamar".
Tetapi
jawaban calon mertua lebih mengagetkan lagi, "tidak mengapa nak, tidak
usah khawatir dengan uang mahar dan panai, kami tidak pernah
mempersoalkan hal tersebut. Sebenarnya sudah banyak laki-laki yang
datang melamar anak saya, namun semuanya saya tolak padahal mereka orang
yang kaya. Justru yang saya cari menjadi menantu adalah orang seperti
ananda, yang berpenampilan sederhana, berjanggut, serta bertutur kata
yang baik. Dan yang terpenting, anak saya yang sangat menerima kehadiran
ananda. Ini adalah kali pertama keluarga kami merasa terhormat dengan
kehadiran ananda, apalagi membawa kabar baik untuk keluarga besar kami".
Ikhwah ini bukan semakin gembira dengan perkataan calon mertua, tetapi
masih ada yang mengganjal. Ia pun berkata, "Tabe' puang, saya belum
beritahukan hal ini dengan orangtua. Takutnya beliau tidak setuju
dengan hal ini".
Calon mertua pun menjawab, "tidak usah khawatir nak,
nanti saya yang akan datang kerumah orangtua ta, sayalah yang nanti
berbicara dengan beliau tentang hal yang baik ini, sebutkan saja dimana
alamat orang tua dan kapan saya bisa bertemu dengan beliau".
Ringkas cerita lamaran ini pun diterima, pulanglah ikhwah bersama dengan
ust. Disepanjang jalan, sang ikhwah masih tidak percaya dengan kejadian
ini. Namun karena sudah memulai pembicaraan dengan melamar, ada
perasaan malu apabila orangtua tidak menerima akan hal ini, maklum
orangtua sang ikhwah dari keluarga petani yang miskin (kata beliau).
Betul saja apa yang menjadi kekhawatiran ikhwah, sewaktu niat baik
telah disampaikan ke orangtua, mereka pun marah dengan kemarahan yang
belum pernah ikhwah ini melihat sebelumnya, pokoknya marah diatas marah.
Dengan sedikit membentak, orang tua berkata, "apa kamu ingin
mempermalukan keluarga, keluarga kita keluarga miskin, hanya petani,
sedangkan calonmu itu orang yang kaya raya juga dari orang terhormat.
Apa kamu tidak pikir dulu sebelum datang melamar anaknya orang, dari
mana uang diambil untuk acara pernikahanmu, belum lagi keluarga kita
dari masyarakat biasa, wuihhhh sungguh kamu ingin mempermalukan bapak
dan mama nak, yang jelas saya tidak mau dipakasiri'(dipermalukan) nak".
Dengan susah payah, ikhwah menjelaskan, namun intinya tetap orang tua
menolak.
Tibalah waktu dimana calon mertua ingin datang
bersilaturahim kerumah orang tua ikhwah. Sepekan sebelum kedatangan,
sang ikhwah memberitahukan bahwa calon mertua akan datang bersilaturahim
untuk membicarakan tentang pernikahan. Tetap saja orangtua tidak
terima, bahkan mengancam akan meninggalkan rumah jika mereka datang
nanti. Hal ini dilakukan orangtua bukan karena tidak mau, tetapi malu
dengan kondisi yang miskin dan rendahnya status sosial. Inilah yang
membuat ikhwah semakin gundah.
Namun dengan berat, ikhwah pun berkata,
"Maafkan saya, mama bapak, saya tau kalau masalah ini sudah menyusahkan,
tetapi cukuplah untuk kali ini saja jangan bapak meninggalkan rumah,
temuilah orang yang datang, ini permintaan saya, apapun hasil keputusan
dari pembicaraanta nanti saya akan terima. Apakah kita mau menolak atau
menerima, itu terserah mama dan bapak, saya akan menerima keputusan
itu". Dengan berat akhirnya orang tuapun menerima permintaan ikhwah.
Sungguh diluar dugaan, justru calon mertua yang datang adalah ibu dari
si akhwat. Beliau datang sendiri sebagai duta dari keluarga. Sang ibu
akhwat inipun berkata setelah beberapa kata-kata pendahuluan, "kami dari
keluarga sangat bersyukur dengan kedatangan anakta kerumah dengan niat
baik untuk menikah dengan anak kami. Kami keluarga tidak pernah ingin
menyusahkan keluarga ta, tidak usah khawatir dengan uang panai', juga
mahar, apalagi biaya acara pernikahan. Tidak usah dipersoalkan semua
itu. Berapapun yang kita siapkan, kami tidak mempermasalahkan, yang
penting pernikahan ini bisa berjalan dengan baik dan berberkah". Tetap
saja orang tua sang ikhwah malu akan semua ini, namun ibu akhwat kembali
menguatkan mereka untuk tetap mempermudah pernikahan.
Dengan
mahar dan uang panai yang tidak terlalu besar, berlangsunglah acara akad
nikah dan walimah, dimana sebahagian besar dana walimah justru dari
keluarga akhwat, tanpa sepengtahuan para tamu yang hadir.
Sekarang ikhwah ini hidup dengan bahagia bersama dengan istri beliau,
dan telah dikaruniai seorang anak yang lucu. Semua keluarga sangat
bergembira dengan pernikahan ini, bahkan banyak dari keluarga bertanya
mengapa cepat sekali mendapatkan anak (maklum baru dua bulan usia
pernikahan, istri beliau sudah hamil, dan saat melahirkanpun berjalan
lancar dan normal), padahal kami sudah menikah 7 tahun belum dikaruniai
anak, ujar beliau.
Mendengar cerita ini, ana pun sangat terharu,
masih ada ya kisah nyata seperti ini, dimana begitu dimudahkannya
pernikahan. Semoga beliau dan keluarga diberi sakinah,mawaddah warahma,
dijadikannya keturunan beliau anak yang saleh dan salehah, serta
senantiasa mendapat keberkahan.
Sungguh dengan menikah 1/2 agama telah ditangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar