Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari
sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang
ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya
yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut
Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah
Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah
dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah
aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan
berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan
permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak
persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat
Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?
Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna
pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad
atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya
Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa
alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau
kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah
SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus
untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman dalam QS. ALi Imran ayat : 103
“
Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah
kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok)...”
Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga
saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi
sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu
ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin
Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi
Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali
lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan
kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada
Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu
selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu
Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu
timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok
Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau
kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian
atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian
tersebut disebutkan:
Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi
Sufyan dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)
Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi
hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan
aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun
Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan
diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam
suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara
beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
Adapun masalah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli
syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga
sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah,
tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya
(Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)
Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang
dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka
ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan
kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
“Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian
tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang
demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian
kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami
dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)
Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci
maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan
orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan
pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut Imam
Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut
Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada
orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak
lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka
tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau
aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah
(Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh
orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat
membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran
syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang
bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh
Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan
pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai
sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau
menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut
dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah
akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang
Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan
Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah,
sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka
mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta
keluarga Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah itu ?
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak
aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya
sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau
golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang
dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai
aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada
Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH)
dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta)
yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan
termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya
(Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini
cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan
nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker
yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun
dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai
menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan
Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa
terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah
mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan
ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang
positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat
menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan
karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf
disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan
fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan
Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak
berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci
maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah,
bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini,
membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada
masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud
agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah.
Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan
sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar
sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan
kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh
kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT.
Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah
ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau
orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan
menyesatkan.
Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah ?
Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah
khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara
Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka
berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan.
Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa
diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah
dan Sunni tidak dilakukan ?.
Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi
penonton dan tidak ikut berkiprah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan
mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa
yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah
Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum
memahami persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang
sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara
Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam
masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan
Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya
disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda,
begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian
besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an
kita (Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa
Al-Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan
berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan :
Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian
dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).
1. Ahlussunnah :
Rukun Islam kita ada 5 (lima)
-
Syahadatain
- As-Sholah
- As-Shoum
- Az-Zakah
- Al-Haj
Syiah :
Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
-
As-Sholah
- As-Shoum
- Az-Zakah
- Al-Haj
- Al wilayah
2.
Ahlussunnah :
Rukun Iman ada 6 (enam) :
- Iman kepada Allah
- Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
- Iman kepada Kitab-kitab Nya
- Iman kepada Rasul Nya
- Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
- Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
Syiah :
Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
-
At-Tauhid
- An Nubuwwah
- Al Imamah
- Al Adlu
- Al Ma’ad
3.
Ahlussunnah :
Dua kalimat syahadat
Syiah :
Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna
Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam
mereka.
4.
Ahlussunnah :
Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam
Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak
dibenarkan.
Syiah :
Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya
orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti
orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk
neraka.
5.
Ahlussunnah :
Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
- Abu Bakar
- Umar
- Utsman
- Ali Radhiallahu anhum
Syiah :
Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena
dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali
sendiri membai'at dan mengakui kekhalifahan mereka).
6.
Ahlussunnah :
Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya
dimiliki oleh para Nabi.
Syiah :
Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma'’hum, seperti
para Nabi.
7.
Ahlussunnah :
Dilarang mencaci-maki para sahabat.
Syiah :
Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para
sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa
orang saja. Alasannya karena para sahabat membai'at Sayyidina Abu Bakar sebagai
Khalifah.
8.
Ahlussunnah :
Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul
Mu’minin.
Syiah :
Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.
9.
Ahlussunnah :
Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah
Kutubussittah :
-
Bukhari
- Muslim
- Abu Daud
- Turmudzi
- Ibnu Majah
-
An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin
sedunia).
Syiah :
Kitab-kitab Syiah ada empat :
- Al Kaafi
- Al Istibshor
- Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih
- Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh
pengikut-pengikut Syiah).
10.
Ahlussunnah :
Al-Qur'an tetap orisinil
Syiah :
Al-Qur'an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil.
Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).
11.
Ahlussunnah :
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul
Nya.
Syiah :
Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang
tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang
tersebut taat kepada Rasulullah.
12.
Ahlussunnah :
Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir
zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait
akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.
Syiah :
Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir
zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke
Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait
yang lain.
Setelah mereka semuanya bai'at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu
Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai
mati seterusnya diulang-ulang sampai ribuan kali. Sebagai balasan atas
perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan :
Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya
Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.
13.
Ahlussunnah :
Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
Syiah :
Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh
golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya
Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.
14.
Ahlussunnah :
Khamer/ arak tidak suci.
Syiah :
Khamer/ arak suci.
15.
Ahlussunnah :
Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.
Syiah :
Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.
16.
Ahlussunnah :
Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
Syiah :
Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang
Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan
kiri).
17.
Ahlussunnah :
Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
Syiah :
Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal
shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan
Amin dalam shalatnya).
18.
Ahlussunnah :
Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang
mempunyai udzur syar’i.
Syiah :
Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.
19.
Ahlussunnah :
Shalat Dhuha disunnahkan.
Syiah :
Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).
Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah
Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sengaja kami
nukil sedikit saja, sebab apabila kami nukil
seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.
Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan
tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).
Masihkah mereka akan dipertahankan sebaga Muslimin dan Mukminin ? (walaupun
dengan Muslimin berbeda segalanya).
Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar
masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah
dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’
(cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).
Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta
memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita
maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia
tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan
(ditipu).
Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang
yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.
Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah
dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta
para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam
mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan
sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan
Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga
bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.
Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam
menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki
apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri,
terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan
aqidahnya. Amin.
http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html