Selasa, 19 November 2013

Surah Al-Mulk penghalang siksa kubur

Salah satu surah yang memiliki kekhususan tersebut adalah sebuah surah yang berisi 30 ayat. Allah menurunkan surah tersebut di hati Muhammad sebelum beliau hijrah ke Madinah. Surah Mekah ini berisi tentang persoalan akidah, hujah orang kafir, perdebatan orang musyrik, keadaan penduduk surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, serta keadaan penduduk neraka dan azab yang ada di dalamnya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. telah memberitahukan bahwa surah yang diberkahi ini merupakan pencegah, penjaga, penyelamat, dan pemberi syafa'at. Ia akan memberikan syafaat kepada pemilik(pembaca)nya, menyelamatkan dari azab kubur, dan membelanya didepan Rab-Nya Azza Wa Jalla pada hari kiamat kelak.

Surah agung itu adalah surah al-Mulk. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.., bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan pemilik sunan yang empat, dari Abu Hurairah: "Sesungguhnya surah yang berisi tiga puluh ayat ini akan memintakan syafaat bagi pemiliknya maka dia pun diberi ampunan."

Dari Ibnu Abbas berkata, seorang laki-laki mendirikan kemah diatas kuburan yang tidak disadarinya. Lalu ia mendengar suara manusia tengah membaca surah al-Mulk hingga selesai. Lalu ia mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.. dan menceritakan kejadiannya: "Wahai Rasulullah, aku mendirikan kemah diatas sebuah kuburan, tapi saya tidak menyadari kalau itu adalah kuburan. Lalu saya mendengar suara seseorang tengah membaca surah al-Mulk hingga selesai'. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Itu adalah penghalang yang akan menyelamatkan pemiliknya dari azab kubur." (HR Tirmidzi).

Dari Jabir bin Abdillah berkata, "Rasululullah tidak tidur pada malam hari sehingga dia membaca (Alif Laam Miim, Tanzil) dan (Tabaaraka Biyadihil Mulku)." (HR Tirmidzi).

Adalah Ibnu Abbas r.a. memberi pengajaran kepada seseorang dengan bertanya, "Maukah engkau aku hadiahi sebuah hadis?" Laki-laki tersebut menjawab, "Ya," Ibnu Abbas berkata, "Bacalah (tabaarakalladzi biyadihil mulku) dan ajarkanlah kepada keluargamu, semua anak-anakmu, bayi-bayimu, dan tetanggamu. Karena, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:"Aku suka kalau surah itu berada dalam hati setiap orang dari umatku."

Inilah surah yang diberkahi yang semestinya kita selalu membacanya. Kita lantunkan dengan lesan, kita perhatikan dengan hati dan kita ajarkan kepada anak-anak dan istri kita. Marilah kita baca surah tersebut pada setiap malam. Mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla memberikan syafaatnya kepada kita lalu kita akan diselamatkan dari azab kubur dan kedahsyatan hari kiamat.

Inilah surah yang diberkahi, wahai kaum muslimin rakhimakumullah. Surah yang berjalan sebagai surah makki dalam memberikan penjelasan tentang qudrah Allah Azza wa Jalla, berbicara tentang kebesaran-Nya dan menetapkan kenabian Muhammad saw. Surah ini dimulai dengan pujian kepada Allah Azza wa Jalla.

Tabaarakalladzii biyadihil mulku wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir (Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu).

Biyadihil mulku (Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan).

Artinya, Allah memiliki kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Dialah pemilik penciptaan dan perintah. Dialah yang memberi makan dan bukan yang diberi makan. Yang memberi balasan bukan yang diberi balasan; Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh. Ditangan-Nyalah kerajaan setiap sesuatu. Pencipta segala sesuatu. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang ada di langit dan di bumi yang dapat melemahkannya. Apabila Ia menghendaki sesuatu, ia berkata, "Kun" (jadilah), maka terjadilah.

Sabtu, 16 November 2013

7 Syubhat Penghalang Pernikahan Dini dan Jawabannya


Bismillah
7 Syubhat Penghalang Pernikahan Dini dan Jawabannya

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan.” (Al-Baqarah: 268)

Syubhat-syubhat yang akan disebutkan dan yang semisalnya tidak lain dihembuskan oleh syetan dan para pengikutnya dari kalangan orang-orang Yahudi dan kelompok sekuler, kepada mereka yang lemah iman agar menjadi takut terhadap syariat.

Syubhat pertama:
Kalau si perempuan hamil pada usia muda belia, maka kehamilannya tidak akan sempurna sampai sembilan bulan, karena pertumbuhan tubuh perempuan itu sendiri masih belum sempurna sehingga ia dimungkinkan akan menjalani aborsi berulang kali.

JAWABAN:
Ini merupakan pandangan yang keliru. Karena seorang perempuan tidak akan mengalami haid atau kehamilan melainkan Allah Subhanallahu wa Ta’ala telah menjadikan tubuhnya siap untuk mengemban tugas tersebut. Bagaimana bisa dikatakan bahwa seorang perempuan yang sudah mengalami haid, belum siap hamil? Ini menyelisihi pendapat para pakar kesehatan dan kalangan ilmuwan lainnya.

Hal mengherankan yang patut direnungkan oleh orang-orang berakal adalah bahwa Allah Subhanallahu wa Ta’ala menjadikan tubuh janin sesuai dengan tubuh sang ibu dan perutnya. Sehingga ketika janin dari seorang ibu berusia 15 tahun dan janin dari seorang ibu berusia 30 tahun dilahirkan pada waktu yang sama, janin dari ibu pertama itu lebih kecil dari janin ibu kedua. Dan hanya selang waktu beberapa hari, tubuh kedua janin itu akan menjadi sama besar. Subhanallah.

Syubhat kedua:
Pernikahan dini dapat mengakibatkan cacat pada janin.

JAWABAN:
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu telah menjawab pertanyaan yang senada dengan syubhat di atas, dan mengatakan di dalam Majmu’ Fatawa beliau: “Ini merupakan sesuatu yang tidak pernah terjadi sepanjang pengetahuan kami. Pernikahan dini itu dianjurkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:

“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa dari kalian ada yang sudah dapat memberikan nafkah, hendaklah ia menikah. Karena menikah itu akan membuatnya lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah yang disyariatkan. Maka kalau seseorang menikah pada saat ia memang sudah sanggup menikah dan perlu menyalurkan syahwatnya, berarti ia telah melakukan hal yang baik dan tidak berdosa. Sedangkan apa yang telah dikatakan oleh orang tersebut bahwa janin dari pernikahan dini akan memiliki cacat, adalah sesuatu yang mengada-ada. Ia sama sekali tidak memiliki landasan bukti. Tidak lain itu hanyalah pemberian stigma negatif atas pernikahan dini tanpa kebenaran dan pengetahuan sama sekali. Kami sendiri dan banyak orang telah menikahkan anak-anak kami secara dini. Tidak ada sesuatu apapun yang nampak kecuali kebaikan. Dan kami tidak beranggapan bahwa pernikahan dini itu akan mengakibatkan keburukan seperti yang dikatakan oleh orang itu.

Syubhat ketiga:
Sang ibu bisa jadi akan mengalami kekurangan darah, terutama selama masa kehamilan.

JAWABAN:
Syubhat ini tidak berbeda dengan yang sebelumnya. Ia hanya memberi stigma negatif terhadap pernikahan dini. Banyak pakar kesehatan yang menyangkal klaim tersebut. Dan ada cukup banyak wanita yang menikah di usia dini namun mereka sama sekali tidak mengalami hal-hal yang diklaimkan.

Syubhat keempat:
Angka kematian bayi dari ibu-ibu muda dapat bertambah dengan angka prosentase lebih besar dari kematian bayi dari ibu-ibu yang berusia lebih tua. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kesadaran mengenai perawatan dan pemberian asupan makanan untuk janin.

JAWABAN:
Klaim ini, kalau memang benar, bukanlah problem yang dimunculkan oleh pernikahan dini. Akan tetapi ia adalah problem minimnya kesadaran dan pengajaran mengenar besarnya tanggung jawab yang diemban. Namun kami katakan: Sesungguhnya kalau perempuan-perempuan muda belia itu melahirkan, mereka tidak akan memikul tanggung jawab terhadap anaknya yang masih kecil sendirian. Akan ada wanita-wanita lain yang membantu mengurusi anaknya dan memberikan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan, dalam hal menyusui, mencuci pakaian atau menjaga si anak ketika ia sedang sakit dan sebagainya. Terutama ibu mertua yang tidak lain adalah nenek si anak yang baru dilahirkan itu.

Rasa kasih dan sayang sang nenek terhadap anak tersebut adalah seperti rasa kasih dan sayang sang ibu. Wanita-wanita ini akan senantiasa ikut memberikan perhatian mereka sampai sang ibu menjadi terampil untuk mengurusi anaknya sendirian pada kehamilan berikutnya, sekalipun usianya masih sangat muda. Ini adalah hal yang sudah biasa kami dapatkan. Dengan mata kepala kami sendiri, kami pernah melihat perempuan-perempuan yang masih sangat muda, mengajarkan wanita lebih tua yang baru menikah kemudian tentang bagaimana mengasuh anak. Perempuan-perempuan muda itu menikah di usia dini, sehingga mereka sudah cukup trampil mengasuh anak.

Syubhat kelima:
Pernikahan dini menghalangi perempuan untuk melanjutkan pendidikan.

JAWABAN:
Perkataan ini kami sanggah dengan beberapa hal: Pertama, keyakinan bahwa setiap perempuan harus meneruskan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi adalah sesuatu yang tidak dapat diterima secara syariat, akal atau juga adat kebiasaan. Karena sudah dimaklumi bahwa ada perempuan yang tidak hendak melanjutkan pendidikannya. Dan banyak perempuan yang tidak memiliki keinginan untuk meneruskan studi, sekalipun ia belum menikah. Maka menjadikan pernikahan dini sebagai sebab perempuan tidak dapat melanjutkan studi merupakan sebuah kesalahan.

Kedua, pernikahan dini sama sekali tidak menghalangi seorang perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Perempuan tersebut atau ayahnya bisa saja mempersyaratkan kepada calon suami bahwa ia akan melanjutkan pendidikan syar’i yang tetap dalam koridor syariat. Cukup banya perempuan yang menikah dan tetap melanjutkan pendidikan serta memiliki pengalaman yang sukses. Salah satu bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah pengalaman beberapa lembaga pendidikan salafi yang berada di Yaman dan sebagian perguruan tinggi yang tidak memberlakukan koedukasi (ikhtilat antara pelajar laki-laki dan perempuan) di beberapa negara Arab. Banyak perempuan yang belajar di lembaga-lembaga pendidikan tersebut, mereka menghafal Al-Qur’an, mempelajari beberapa materi dalam bidang Fiqh, Hadits, Nahwu dan sebagainya. Dan di saat yang sama, mereka adalah istri yang harus melayani suami, juga seorang ibu yang mesti mengasuh anak-anak.

Syaikh Ibnu Baz rahimahullahu pernah ditanya: “Apa pendapat anda mengenai pernikahan seorang pelajar yang memang mampu untuk menikah, dan ia menjalani studi di perguran tinggi, apakah pernikahan itu akan memengaruhi belajarnya?” Beliau menjawab: “Saya menasehatkan untuk menikah pada usia dini karena ia tidak mempengaruhi belajar seseorang. As-Salaf ash-Shalih sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam sampai masa kita sekarang ini, mereka belajar, menuntut ilmu dan menikah. Menikah justru akan membantunya dalam kebaikan. Kalau ia memiliki kemampuan, maka pernikahan itu akan membantunya dalam kebaikan dan tidak menghalanginya untuk belajar. Juga tidak akan menyibukkannya dari belajar.

Bahkan pernikahan akan menundukkan pandangan matanya dan membawa ketentraman dalam jiwanya serta kenyamanan dalam hatinya. Pernikahan itu juga akan menghindarkan dirinya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Kalau memang mudah baginya untuk menikah, maka saya nasehatkan ia untuk menikah. Dan hendaknya ia bertakwa kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam urusan tersebut, sekaligus mengamalkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam:

“Wahai sekalian para pemuda, barangsiapa dari kalian ada yang sudah dapat memberikan nafkah, hendaklah ia menikah. Karena menikah itu akan membuatnya lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga, dengan menikah di usia dini, seorang perempuan bisa jadi tidak dapat belajar. Akan tetapi di waktu yang bersamaan, sesungguhnya ia sedang menyiapkan generasi ulama, pembelajar dan cerdik-cendekia. Sebagian besar ilmuwan dan orang-orang besar, kalau anda mencari tahu perihal ibu-ibu mereka, maka akan anda dapatkan bahwa para ibu itu tidak dapat membaca dan menulis.

Syubhat keenam:
Anak-anak muda yang masih dalam masa pubertas dianggap tidak mampu mengambil keputusan yang tepat.

JAWABAN:
Jawabnya: Alasan ini lemah karena beberapa hal: Pertama, karena si perempuan dapat meminta pendapat dan saran dari walinya dalam segala urusan terutama urusan pernikahan. Dan masyarakat islami adalah masyarakat yang dipenuhi dengan rasa kasih sayang, persaudaraan dan ketulusan serta sikap saling membantu. Bukan yang penuh dengan sikap egois. Kedua, bagaimana halnya dengan laki-laki atau perempuan yang sakit jiwa, apakah mereka ini tidak dinikahkan? Ataukah orang-orang pelontar syubhat itu berpandangan bahwa golongan orang seperti ini tidak dinikahkan sampai mereka dapat mengambil keputusan tepat sendiri?

Syubhat ketujuh:
Si perempuan tidak akan bisa menyesuaikan diri dengan sang suami atau keluarga suaminya, karena usianya yang masih kecil. Sehingga pernikahan dini hanya akan berarti perceraian dini.

JAWABAN:
Jawaban atas hal ini dari beberapa sudut: Pertama, penelitian-penelitian modern menerangkan bahwa seorang perempuan muda belia memiliki faktor-faktor penunjang dan sebab-sebab yang membuatnya dapat menyesuaikan diri dengan sang suami dan keluarga suami, yang mana faktor dan sebab itu tidak ada pada diri wanita dewasa. Hal demikian ini disebabkan oleh beberapa perkara. Di antaranya ialah bahwa seorang wanita dewasa akan memandang dirinya memiliki kemerdekaan pribadi, apalagi dengan adanya klaim pembebasan wanita dan kesetaraan kaum wanita dengan kaum pria.

Pada saat yang sama, sebagian wanita dewasa pun ada yang sudah menikah namun masih tidak dapat menyesuaikan diri dengan suami dan keluarga suami dikarenakan berbagai macam sebab seperti perbedaan adat kebiasaan kebiasaan, perbedaan kepribadian, cara berpikir dan sebagainya. Kemudian, kenyataan menjelaskan kepada kita bahwa pernikahan dini lebih jauh dari kemungkinan perceraian. Maka penundaan menikah bagi seorang perempuan justru berarti semakin dekatnya pernikahan tersebut dengan kemungkinan perceraian. Kedua, penjelasan penting; Kami hendak menyinggung beberapa persoalan penting di bagian akhir tulisan ini, yaitu:

Sebenarnya, sebagian dari syubhat-syubhat di atas tidak ada kaitannya dengan pernikahan dini itu sendiri. Sehingga ia tidak dapat menjadi syubhat dan tidak selayaknya dimunculkan untuk membuat pernikahan dini menjadi tampak buruk. Syubhat-syubhat itu justru mungkin juga untuk dilontarkan pada semua bentuk pernikahan.

Mayoritas syubhat-syubhat di atas dilancarkan tidak lain oleh para musuh Islam, dan mereka jelas tidak dapat dijadikan sebagai kepercayaan. Bahkan mereka dapat dikenakan tuduhan memberikan stigma negatif terhadap pernikahan dini.

Kalau ada sebuah pernikahan dini -seandainya istilah ini dapat dibenarkan-, kemudian di dalamnya terjadi sebuah kegagalan atau perceraian, maka sebab dari kegagalan dan perceraian itu harus dilihat. Dan tidak selayaknya pernikahan dini itu sendiri yang dijadikan sebagai sebab kegagalan. Hal-hal yang menyebabkan kegagalan itu bisa terdapat di semua bentuk pernikahan. Misalnya, ada yang tidak dapat berinteraksi dengan baik terhadap si perempuan di malam pengantin. Hal seperti ini jelas juga bisa ada pada selain pernikahan dini. Demikian juga kalau si perempuan tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik, dalam urusan hubungan suami istri atau mengurus rumah dan sebagainya.

Tinjauan Ulang Atas Undang-undang Pembatasan Usia Nikah

Pembatasan usia nikah pada umur 17 tahun adalah sebuah kekeliruan karena beberapa hal. Saya cukupkan dengan tiga hal saja:

Pertama, larangan menikah di bawah umur 17 tahun bagi seorang perempuan adalah larangan atas sesuatu yang dihalalkan dan dibolehkan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Sehingga ia tidak dapat diterima dari sisi ini. Kalau memang dapat dibuktikan bahwa pernikahan dini dapat menyebabkan mudarat bagi sekian banyak perempuan, maka harus dibedakan antara dua hal: Apakah mudarat tersebut terjadi akibat pernikahan dini itu sendiri ataukah karena hal lain yang terpisah darinya?

Para orang tua berkewajiban untuk mengatasi dan mencegah terjadinya mudarat tersebut dari putri mereka tanpa harus melarang putri mereka itu untuk menikah di usia dini. Dan perlu diingat, ketetapan bahwa pernikahan dini itu membawa mudarat tidak bersandar pada penelitian yang memadai dan argumen yang dapat diterima. Ia hanya memenuhi tuntutan sekian banyak organisasi yang melancarkan desakan-desakan sehingga lahirlah ketetapan-ketetapan semacam itu.

Kedua, efek-efek negatif yang menimpa kaum perempuan sebagaimana yang diklaim oleh mereka yang memberlakukan undang-undang pembatasan usia nikah, kalau memang benar, maka ia dihadapkan pada mudarat-mudarat lain yang lebih besar. Sehingga mudarat yang lebih ringan perlu dikedepankan untuk mencegah mudarat yang lebih berat. Sejak mencapai usia baligh dengan mengalami haid sampai usia 17 tahun, seorang perempuan menjalani masa-masa pergulatan dengan dorongan-dorongan naluriahnya. Terutama di dalam kondisi masyarakat yang penuh dengan godaan-godaan nafsu seksual dan penyimpangan-penyimpangan moral. Ini merupakan mudarat yang harus dihindarkan dari kaum perempuan. Bahkan ia lebih besar dari mudarat-mudarat yang disebutkan sebelumnya. Karena mudarat ini bersifat umum, menyangkut pribadi dan masyarakat. Mudarat tersebut harus dihilangkan dan ia tak dapat dihilangkan kecuali melalui jalur pernikahan.

Ketiga, usia baligh pada perempuan kadangkala jauh sebelum umur 17 tahun. Mungkin saja ia sudah baligh pada usia 8 tahun atau lebih sedikit. Dengan demikian, ini merupakan pembedaan antara usia baligh dan usia nikah. Seolah-olah usia baligh itu tidak menandakan kesiapan seorang perempuan untuk menikah. Tentu tidak ada seorang pun yang akan mengatakan demikian. Semua orang jelas akan sepakat bahwa dengan mencapai usia baligh, seorang perempuan dikatakan telah siap untuk menikah dan hamil.

Larangan menikah sebelum usia 17 tahun mengandung mudarat bagi sekian banyak keluarga. Karena cukup banyak keluarga di Yaman dan selainnya yang menikahkan anak-anak perempuan mereka karena beberapa maksud tertentu, di antaranya adalah agar si perempuan dapat membantu mengurus keluarga suaminya. Demikian.

Wa shallallahu wa sallama wa baarak ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala aalihii wa shahbih.

(Sumber: http://www.sahab.net/forums/showthread.php?t=377113)

Oleh: Al-Fadhil Abu Ammar Ali Al-Hudzaifi hafizhahullah

Dari: Majalah Akhwat Shalihah vol. 11/1432 H/2011, hal. 41-46.

https://yaaukhti.wordpress.com/2012/11/23/7-syubhat-penghalang-pernikahan-dini/

Kamis, 14 November 2013

pesan Hati untukmu SAHABAT

Kita ada didunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk menjadi sahabat, tetapi belajar untuk mengerti seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
Jika kita berharap dapat teman tanpa celah, maka jangan berteman dengan manusia..bertemanlah dengan malaikat.
Jika ingin tempat yang sempurna, maka bertempatlah disurga..jangan didunia.




Di dalam hidupku telalu banyak hal yang ku lewati
ada tawa, tangis, dan haru
semua ku lalui bersamamu SAHABAT..
Di setiap jejak langkahku terlalu banyak hal yang ku lewati
ada kegagalan, rasa putus asa, semangat dan keberhasilan
semua ku lalui bersamamu SAHABAT..
Di setiap warna dalam ingatanku terlalu banyak yang ku simpan
Ada kelabu, hitam dan putih
Semua ku kenali bersamamu SAHABAT..

Sahabat.., kau begitu indah dalam hidupku bagai cahaya yang sulit untuk ku lupakan.
Kelak, ketika sinar matahari berhenti bersinar untuk kita
Sinar mu tetap terang di dalam hatiku

SAHABAT..
Matahari boleh hilang, dan digantikan oleh bulan
tapi.., engkau nggak boleh hilang, karena tak ada yang bisa gantikan kamu..

Lewat senyum qta menyapa,
lewat mata qta memandang,
lewat hati qta saling percaya,
lewat tangan qta berjabat,
lewat HP qta bercerita,
dan lewat SMS qta bertanya kabar..

karena SAHABAT menyayangi saat bersama,
merindukan dan mendoakan saat berjauhan,
memaafkan ketika bersalah,
memahami ketika keliru,
dan saling menasehati disetiap langkah.

Aku sangat menyayangimu, tapi engkau bukanlah kekasihku..
Aku sangat perhatian padamu, walau engkau bukan keluargaku..
Aku siap merasakan sakitmu, walau kita tak sedarah..
ENGKAU adalah SAHABATKU
Mampu marah melebihi seorang Ayah,
Sangat peduli bak seorang Ibu,
Melindungi seperti seorang kakak,
Mengganggu dan mengesalkan layaknya seorang adik,

Ikatan CINTA tak harus dengan kekasih,
ikatan HATI tak wajib dengan pacar,
karena KASIH SAYANG, CINTA dan HATI mampuh bersemi dalam sebuah ikatan perSAHABATan
 
Ketika hidup memberi aku 100 alasan untuk menangis, engkau datang membawa 1000 alasan untukku tetap tersenyum dan tegar..
Jika aku bisa menjadi bagian dari dirimu.
aku mau menjadi air matamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup dipipimu,dan mati dibibirmu.

Sahabat..
engkau tahu tidak,, jika ternyata ..
Jari - jari kita melambangkan persahabatan.
Aku mengacungkan jempol, disaat engkau berhasil
Aku menunjuk dirimu, disaat orang bertanya siapa sahabat terbaikku
Jari tengah melambangkan hadirmu diantara teman-teman yang lain
Jari kelingking melambangkan terciptanya kedamaian saat kehadiran dirimu
dan
jika suatu saat ada yang memasangkan cincin di jari manismu 
jangan lupa kabari aku

Beri tahu aku tentang kabarmu, meski aku bukan kekasihmu..
Ceritakan padaku tentang kesedihanmu, meski aku tak berhak tahu..
Jika malam ini aku bertanya keadaanmu, mungkin ini sapaan seorang teman..
Jika besok engkau tak mengabariku, mungkin engkau sudah lupa pada sahabatmu..

Jika qta HIDUP suatu hari qta akan MATI,
Jika qta berTEMU suatu hari qta akan berPISAH,
Jika qta berSAMA suatu hari qta bakalan SENDIRI,
 Berbedah dengan SAHABAT. Ia hanya berAWAL tanpa ada kata berAKHIR.. 


AmrianIdris

Selasa, 12 November 2013

Apa itu Syiah dan Perbedaan Syiah dengan Ahlusunnah Waljamaah


Syiah adalah aliran sempalan dalam Islam dan Syiah merupakan salah satu dari sekian banyak aliran-aliran sempalan dalam Islam.
Sedangkan yang dimaksud dengan aliran sempalan dalam Islam adalah aliran yang ajaran-ajarannya menyempal atau menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW, atau dalam bahasa agamanya disebut Ahli Bid’ah.
Selanjutnya oleh karena aliran-aliran Syiah itu bermacam-macam, ada aliran Syiah Zaidiyah ada aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah ada aliran Syiah Ismailiyah dll, maka saat ini apabila kita menyebut kata Syiah, maka yang dimaksud adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariah yang sedang berkembang di negara kita dan berpusat di Iran atau yang sering disebut dengan Syiah Khumainiyah.
Hal mana karena Syiah inilah yang sekarang menjadi penyebab adanya keresahan dan permusuhan serta perpecahan didalam masyarakat, sehingga mengganggu dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Tokoh-tokoh Syiah inilah yang sekarang sedang giat-giatnya menyesatkan umat Islam dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Apa arti kata Syiah menurut bahasa ?

Kata Syiah berasal dari bahasa Arab yang artinya pengikut, juga mengandung makna pendukung dan pecinta, juga dapat diartikan kelompok.
Sebagai contoh : Syiah Muhammad artinya pengikut Muhammad atau pecinta Muhammad atau kelompok Muhammad.
Oleh karena itu dalam arti bahasa, Muslimin bisa disebut sebagai Syiahnya Muhammad bin Abdillah SAW dan pengikut Isa bisa disebut sebagai Syiahnya Isa alaihis salam.
Kemudian perlu diketahui bahwa di zaman Rasulullah SAW Syiah-syiah atau kelompok-kelompok yang ada sebelum Islam, semuanya dihilangkan oleh Rasulullah SAW, sehingga saat itu tidak ada lagi Syiah itu dan tidak ada Syiah ini.
Hal mana karena Rasulullah SAW diutus untuk mempersatukan umat dan tidak diutus untuk membuat kelompok-kelompok atau syiah ini syiah itu.
Allah berfirman dalam QS. ALi Imran ayat : 103 
 
Dan berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai berai (berkelompok-kelompok)...

Tapi setelah Rasulullah SAW wafat, benih-benih perpecahan mulai ada, sehingga saat itu ada kelompok-kelompok atau syiah-syiah yang mendukung seseorang, tapi sifatnya politik.
Misalnya sebelum Sayyidina Abu Bakar di baiat sebagai Khalifah, pada waktu itu ada satu kelompok dari orang-orang Ansor yang berusaha ingin mengangkat Saad bin Ubadah sebagai Khalifah. Tapi dengan disepakatinya Sayyidina Abu Bakar menjadi Khalifah, maka bubarlah kelompok tersebut.
Begitu pula saat itu ada kelompok kecil yang berpendapat bahwa Sayyidina Ali lebih berhak menjadi Khalifah dengan alasan karena dekatnya hubungan kekeluargaan dengan Rasulullah SAW. Tapi dengan baiatnya Sayyidina Ali kepada Khalifah Abu Bakar, maka selesailah masalah tersebut.
Oleh karena dasarnya politik dan bukan aqidah, maka hal-hal yang demikian itu selalu terjadi, sebentar timbul dan sebentar hilang atau bubar.
Begitu pula setelah Sayyidina Ali dibaiat sebagai Khalifah, dimana saat itu Muawiyah memberontak dari kepemimpinan Kholifah Ali, maka hal yang semacam itu timbul lagi, sehingga waktu itu ada kelompok Ali atau Syiah Ali dan ada kelompok Muawiyah atau syiah Muawiyah.
Jadi istilah syiah pada saat itu tidak hanya dipakai untuk pengikut atau kelompok Imam Ali saja, tapi pengikut atau kelompok Muawiyah juga disebut Syiah.
Argumentasi tersebut diperkuat dengan apa yang tertera dalam surat perjanjian atau Sohifah At-tahkim antara Imam Ali dengan Muawiyah, dimana dalam perjanjian tersebut disebutkan:
             
Ini adalah apa yang telah disepakati oleh Ali bin Abi Talib dan Muawiyah bin Abi Sufyan dan kedua Syiah mereka.
(Ushul Mazhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah)


Dengan demikian penyebutan kata syiah pada saat itu memang sudah ada, tetapi hanya dalam arti bahasa dan dasarnya hanya bersifat politik dan bukan landasan aqidah atau mazhab.
Adapun aqidah para sahabat saat itu, baik Imam Ali dan kelompoknya maupun Muawiyah dan kelompoknya, mereka sama-sama mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hal ini dikuatkan oleh keterangan Imam Ali, dimana dalam suratnya kepada Ahli Amsor, beliau menceritakan mengenai apa yang terjadi antara beliau (Imam Ali) dengan Ahli Syam (Muawiyah) dalam perang Siffin sbb:
        
Adapun masalah kita, yaitu telah terjadi pertempuran antara kami dengan ahli syam (Muawiyah dan Syiahnya).
Yang jelas Tuhan kita sama, Nabi kita juga sama dan da’wah kita dalam Islam juga sama. Begitu pula Iman kami pada Allah serta keyakinan kami kepada Rasulullah, tidak melebihi iman mereka, dan iman mereka juga tidak melebihi iman kami.
Masalahnya hanya satu, yaitu perselisihan kita dalam peristiwa terbunuhnya (Kholifah) Usman, sedang kami dalam peristiwa tersebut, tidak terlibat.”
(Nahjul Balaghoh – 448)


Selanjutnya, oleh karena permasalahannya hanya dalam masalah politik yang dikarenakan terbunuhnya Khalifah usman RA dan bukan dalam masalah aqidah, maka ketika Imam Ali mendengar ada dari pengikutnya yang mencaci maki Muawiyah dan kelompoknya, beliau marah dan melarang, seraya berkata:
                                           
“Aku tidak suka kalian menjadi pengumpat (pencaci-maki), tapi andaikata kalian tunjukkan perbuatan mereka dan kalian sebutkan keadaan mereka, maka hal yang demikian itu akan lebih diterima sebagai alasan. Selanjutnya kalian ganti cacian kalian kepada mereka dengan :
Yaa Allah selamatkanlah darah kami dan darah mereka, serta damaikanlah kami dengan mereka
(Nahjul Balaghoh – 323)


Demikian pengarahan Imam Ali kepada pengikutnya dan pecintanya. Jika mencaci maki Muawiyah dan pengikutnya saja dilarang oleh Imam Ali, lalu bagaimana dengan orang-orang Syiah sekarang yang mencaci maki bahkan mengkafirkan Muawiyah dan pengikut-pengikutnya, layakkah mereka disebut sebagai pengikut   Imam Ali
Kembali kepada pengertian Syiah dalam bahasa yang dalam bahasa Arabnya disebut Syiah Lughotan, sebagaimana yang kami terangkan diatas, maka sekarang ini ada orang-orang Sunni yang beranggapan bahwa dirinya otomatis Syiah. Hal mana tidak lain dikarenakan kurangnya pengetahuan mereka akan hal tersebut. Sehingga mereka tidak tahu bahwa yang sedang kita hadapi sekarang ini adalah Madzhab Syiah atau aliran syiah atau lengkapnya adalah aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyyah).
Oleh karena itu, istilah Syiah Lughotan tersebut tidak digunakan oleh orang-orang tua kita (Salafunassholeh), mereka takut masyarakat awam tidak dapat membedakan antara kata syiah dengan arti kelompok atau pengikut dengan aliran syiah atau Madzhab Syiah. Hal mana karena adanya aliran-aliran syiah yang bermacam-macam, yang kesemuanya telah ditolak dan dianggap sesat oleh Salafunassholeh.
Selanjutnya salafunassholeh menggunakan istilah Muhibbin bagi pengikut dan pecinta Imam Ali dan keturunannya dan istilah tersebut digunakan sampai sekarang.
Ada satu catatan yang perlu diperhatikan, oleh karena salafunassholeh tidak mau menggunakan kata Syiah dalam menyebut kata kelompok atau kata pengikut dikarenakan adanya aliran-aliran Syiah yang bermacam-macam, maka kata syiah akhirnya hanya digunakan dalam menyebut kelompok Rofidhah, yaitu orang-orang Syiah yang dikenal suka mencaci maki Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Umar.
Sehingga sekarang kalau ada yang menyebut kata Syiah, maka
yang dimaksud adalah aliran atau madzhab Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah.
Memang dengan tidak adanya penerangan yang jelas mengenai Syiah Lughotan dan Syiah Madhhaban, maka mudah bagi orang-orang Syiah untuk mengaburkan masalah, sehingga merupakan kesempatan yang baik bagi mereka dalam usaha mereka mensyiahkan masyarakat Indonesia yang dikenal sejak dahulu sebagai pecinta keluarga Rasulullah SAW.
Apa yang dimaksud dengan aliran (madzhab)Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah itu ?

Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah adalah salah satu aliran Syiah dari sekian banyak aliran-aliran Syiah yang satu sama lain berebut menamakan aliran Syiahnya sebagai madzhab Ahlul Bait. Dan penganutnya mengklaim hanya dirinya saja atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bait. Aliran Syiah inilah yang dianut atau diikuti oleh mayoritas (65 %) rakyat IRAN. Begitu pula sebagai aliran Syiah yang diikuti oleh orang-orang di Indonesia yang gandrung kepada Khumaini dan Syiahnya.
Apabila dibanding dengan aliran-aliran Syiah yang lain, maka aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini merupakan aliran Syiah yang paling sesat (GHULAH) dan paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara pada saat ini.
Dengan menggunakan strategi yang licik yang mereka namakan TAGIYAH (berdusta) yang berakibat dapat menghalalkan segala cara, aliran ini dikembangkan.
Akibatnya banyak orang-orang yang beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam) dan masuk Syiah.
Karena didasari oleh Ashobiyah atau kefanatikan yang mendalam, maka aliran ini cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam Alawiyyin (keturunan nabi Muhammad) dan Muhibbin (pecinta mereka). Sehingga bagaikan penyakit kanker yang ganas sedang berkembang didalam tubuh yang sehat, yang ratusan tahun dikenal beraqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Sebenarnya bagi orang-orang yang berpendidikan agama, wabah ini tidak sampai menggoyahkan iman mereka, tapi bagi orang-orang yang kurang pengetahuan Islamnya, mudah sekali terjangkit penyakit ini.
Dalam situasi yang memprihatinkan ini, bangkitlah orang-orang yang merasa terpanggil untuk melawan dan memerangi aliran tersebut. Berbagai cara telah mereka tempuh, ada yang dengan jalan berceramah, ada yang dengan menulis, bahkan ada yang dengan jalan berdiskusi dan Alhamdulillah mendapat sambutan yang positif dari masyarakat dan dari pemerintah.
Berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang penuh dengan saling hormat menghormati dan penuh dengan cinta mencintai serta penuh dengan maaf memaafkan karena berdasarkan Al Ahlaqul Karimah dan Al Afwa Indal Magdiroh (pemberian maaf disaat ia dapat membalas) serta Husnudhdhon (baik sangka), maka ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah ini penuh dengan caci maki dan penuh dengan fitnahan-fitnahan serta penuh dengan laknat-melaknat, karena dilandasi dengan Suudhdhon (buruk sangka) dan dendam kesumat serta kefanatikan yang tidak berdasar.
Dapat kita lihat bagaimana mereka tanpa sopan berani dan terang-terangan mencaci maki para sahabat, memfitnah istri-istri Rasulullah SAW, khususnya Siti Aisyah, bahkan Rasulullah sendiri tidak luput dari tuduhan mereka.
Ajaran-ajaran Syiah yang meresahkan dan membangkitkan amarah umat Islam ini, membuat para ulama di seluruh dunia sepakat untuk memberikan penerangan kepada masyarakat. Ratusan judul kitab diterbitkan, berjuta kitab dicetak dengan maksud agar masyarakat mengetahui kesesatan Syiah dan waspada terhadap gerakan Syiah. Dalam menulis kitab-kitab tersebut para ulama kita itu mengambil sumber dan sandaran dari kitab-kitab Syiah (kitab-kitab rujukan Syiah), sehingga sukar sekali bagi orang-orang Syiah untuk menyanggahnya.
Selanjutnya dengan banyaknya beredar kitab-kitab yang memuat dan memaparkan kesesatan ajaran Syiah, maka banyak orang-orang yang dahulunya terpengaruh kepada Syiah, menjadi sadar dan kembali kepada aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Hal ini tentu tidak lepas hidayah dan inayah serta taufiq dari Allah SWT. Terkecuali orang-orang yang memang bernasib buruk, yaitu orang-orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang Syagi (celaka dan sengsara).
Semoga kita dan keluarga kita digolongkan sebagai orang-orang yang Suada’ atau orang-orang yang beruntung yang diselamatkan oleh Allah dari aliran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah yang sesat dan menyesatkan.


Apa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah
Itsna Asyariyah ?

Banyak orang yang menyangka bahwa perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) dianggap sekedar dalam masalah khilafiyah Furu’iyah, seperti perbedaan antara NU dengan Muhammadiyah, antara Madzhab Safi’i dengan Madzhab Maliki.
Karenanya dengan adanya ribut-ribut masalah Sunni dengan Syiah, mereka berpendapat agar perbedaan pendapat tersebut tidak perlu dibesar-besarkan. Selanjutnya mereka berharap, apabila antara NU dengan Muhammadiyah sekarang bisa diadakan pendekatan-pendekatan demi Ukhuwah Islamiyah, lalu mengapa antara Syiah dan Sunni tidak dilakukan ?.
Oleh karena itu, disaat Muslimin bangun melawan serangan Syiah, mereka menjadi penonton dan tidak ikut berkiprah.
Apa yang mereka harapkan tersebut, tidak lain dikarenakan minimnya pengetahuan mereka mengenai aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Sehingga apa yang mereka sampaikan hanya terbatas pada apa yang mereka ketahui.
Semua itu dikarenakan kurangnya informasi pada mereka, akan hakikat ajaran Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah). Disamping kebiasaan berkomentar, sebelum memahami persoalan yang sebenarnya.
Sedangkan apa yang mereka kuasai, hanya bersumber dari tokoh-tokoh Syiah yang sering berkata bahwa perbedaan Sunni dengan Syiah seperti perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzahab Syafi’i.
Padahal perbedaan antara Madzhab Maliki dengan Madzhab Syafi’i, hanya dalam masalah Furu’iyah saja. Sedang perbedaan antara Ahlussunnah Waljamaah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah), maka perbedaan-perbedaannya disamping dalam Furuu’ juga dalam Ushuul.
Rukun Iman mereka berbeda dengan rukun Iman kita, rukun Islamnya juga berbeda, begitu pula kitab-kitab hadistnya juga berbeda, bahkan sesuai pengakuan sebagian besar ulama-ulama Syiah, bahwa Al-Qur'an mereka juga berbeda dengan Al-Qur'an kita (Ahlussunnah).
Apabila ada dari ulama mereka yang pura-pura (taqiyah) mengatakan bahwa Al-Qur'annya sama, maka dalam menafsirkan ayat-ayatnya sangat berbeda dan berlainan.
Sehingga tepatlah apabila ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah mengatakan : Bahwa Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) adalah satu agama tersendiri.
Melihat pentingnya persoalan tersebut, maka di bawah ini kami nukilkan sebagian dari perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dengan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).

1.  Ahlussunnah : Rukun Islam kita ada 5 (lima)
  1. Syahadatain
  2. As-Sholah
  3. As-Shoum
  4. Az-Zakah
  5. Al-Haj

 Syiah             : Rukun Islam Syiah juga ada 5 (lima) tapi berbeda:
  1. As-Sholah
  2. As-Shoum
  3. Az-Zakah
  4. Al-Haj
  5. Al wilayah
 
2.      Ahlussunnah         : Rukun Iman ada 6 (enam) :
  1. Iman kepada Allah
  2. Iman kepada Malaikat-malaikat Nya
  3. Iman kepada Kitab-kitab Nya 
  4. Iman kepada Rasul Nya
  5. Iman kepada Yaumil Akhir / hari kiamat
  6. Iman kepada Qadar, baik-buruknya dari Allah.
     Syiah                     : Rukun Iman Syiah ada 5 (lima)*
  1. At-Tauhid
  2. An Nubuwwah
  3. Al Imamah 
  4. Al Adlu
  5. Al Ma’ad

3.      Ahlussunnah       : Dua kalimat syahadat 
     Syiah         : Tiga kalimat syahadat, disamping Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka.

4.      Ahlussunnah         : Percaya kepada imam-imam tidak termasuk rukun iman. Adapun jumlah imam-imam Ahlussunnah tidak terbatas. Selalu timbul imam-imam, sampai hari kiamat.
Karenanya membatasi imam-imam hanya dua belas (12) atau jumlah tertentu, tidak dibenarkan. 
     Syiah                 :  Percaya kepada dua belas imam-imam mereka, termasuk rukun iman. Karenanya orang-orang yang tidak beriman kepada dua belas imam-imam mereka (seperti orang-orang Sunni), maka menurut ajaran Syiah dianggap kafir dan akan masuk neraka.

5.      Ahlussunnah         : Khulafaurrosyidin yang diakui (sah) adalah :
  1. Abu Bakar
  2. Umar
  3. Utsman
  4. Ali Radhiallahu anhum
      Syiah                     : Ketiga Khalifah (Abu Bakar, Umar, Utsman) tidak diakui oleh Syiah. Karena dianggap telah merampas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib (padahal Imam Ali sendiri membai'at dan mengakui kekhalifahan mereka).

6.      Ahlussunnah         : Khalifah (Imam) adalah manusia biasa, yang tidak mempunyai sifat Ma’shum.
Berarti mereka dapat berbuat salah/ dosa/ lupa. Karena sifat Ma’shum, hanya dimiliki oleh para Nabi.
      Syiah                     : Para imam yang jumlahnya dua belas tersebut mempunyai sifat Ma'’hum, seperti para Nabi.

7.      Ahlussunnah         : Dilarang mencaci-maki para sahabat.
     Syiah                : Mencaci-maki para sahabat tidak apa-apa bahkan Syiah berkeyakinan, bahwa para sahabat setelah Rasulullah SAW wafat, mereka menjadi murtad dan tinggal beberapa orang saja. Alasannya karena para sahabat membai'at  Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah.

8.      Ahlussunnah    :  Siti Aisyah istri Rasulullah sangat dihormati dan dicintai. Beliau adalah Ummul Mu’minin.
          Syiah                   : Siti Aisyah dicaci-maki, difitnah, bahkan dikafirkan.

9.      Ahlussunnah         : Kitab-kitab hadits yang dipakai sandaran dan rujukan Ahlussunnah adalah Kutubussittah :
  1. Bukhari 
  2. Muslim
  3. Abu Daud 
  4. Turmudzi   
  5. Ibnu Majah
  6. An Nasa’i
(kitab-kitab tersebut beredar dimana-mana dan dibaca oleh kaum Muslimin sedunia).
 
            Syiah                     : Kitab-kitab Syiah ada empat :
  1. Al Kaafi 
  2. Al Istibshor
  3. Man Laa Yah Dhuruhu Al Faqih 
  4. Att Tahdziib
(Kitab-kitab tersebut tidak beredar, sebab kebohongannya takut diketahui oleh pengikut-pengikut Syiah). 

10.  Ahlussunnah        : Al-Qur'an tetap orisinil
      Syiah                    : Al-Qur'an yang ada sekarang ini menurut pengakuan ulama Syiah tidak orisinil. Sudah dirubah oleh para sahabat (dikurangi dan ditambah).

11.  Ahlussunnah         : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul Nya.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak taat kepada Allah dan Rasul Nya.
     Syiah                  : Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang cinta kepada Imam Ali, walaupun orang tersebut tidak taat kepada Rasulullah.
Neraka diperuntukkan bagi orang-orang yang memusuhi Imam Ali, walaupun orang tersebut taat kepada Rasulullah.

12.  Ahlussunnah         : Aqidah Raj’Ah tidak ada dalam ajaran Ahlussunnah. Raj’ah adalah besok diakhir zaman sebelum kiamat, manusia akan hidup kembali. Dimana saat itu Ahlul Bait akan balas dendam kepada musuh-musuhnya.
Syiah                     : Raj’ah adalah salah satu aqidah Syiah. Dimana diceritakan : bahwa nanti diakhir zaman, Imam Mahdi akan keluar dari persembunyiannya. Kemudian dia pergi ke Madinah untuk membangunkan Rasulullah, Imam Ali, Siti Fatimah serta Ahlul Bait yang lain.
Setelah mereka semuanya bai'at kepadanya, diapun selanjutnya membangunkan Abu Bakar, Umar, Aisyah. Kemudian ketiga orang tersebut disiksa dan disalib, sampai mati seterusnya diulang-ulang sampai  ribuan kali. Sebagai balasan atas perbuatan jahat mereka kepada Ahlul Bait.
Keterangan           : Orang Syiah mempunyai Imam Mahdi sendiri. Berlainan dengan Imam Mahdinya Ahlussunnah, yang akan membawa keadilan dan kedamaian.

13.  Ahlussunnah        : Mut’ah (kawin kontrak), sama dengan perbuatan zina dan hukumnya haram.
      Syiah                 : Mut’ah sangat dianjurkan dan hukumnya halal. Halalnya Mut’ah ini dipakai oleh golongan Syiah untuk mempengaruhi para pemuda agar masuk Syiah. Padahal haramnya Mut’ah juga berlaku di zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.

14.  Ahlussunnah         : Khamer/ arak tidak suci.
      Syiah                     : Khamer/ arak suci.

15.  Ahlussunnah         : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap tidak suci.
      Syiah                     : Air yang telah dipakai istinja’ (cebok) dianggap suci dan mensucikan.

16.  Ahlussunnah         :  Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri hukumnya sunnah.
      Syiah                     : Diwaktu shalat meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri membatalkan shalat.
(jadi shalatnya bangsa Indonesia yang diajarkan Wali Songo oleh orang-orang Syiah dihukum tidak sah/ batal, sebab meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri).

17.  Ahlussunnah         : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat adalah sunnah.
      Syiah                : Mengucapkan Amin diakhir surat Al-Fatihah dalam shalat dianggap tidak sah/ batal shalatnya.
(Jadi shalatnya Muslimin di seluruh dunia dianggap tidak sah, karena mengucapkan Amin dalam shalatnya).

18.  Ahlussunnah      : Shalat jama’ diperbolehkan bagi orang yang bepergian dan bagi orang yang mempunyai udzur syar’i.
        Syiah                 : Shalat jama’ diperbolehkan walaupun tanpa alasan apapun.

19.  Ahlussunnah         : Shalat Dhuha disunnahkan.
Syiah                     : Shalat Dhuha tidak dibenarkan.
(padahal semua Auliya’ dan salihin melakukan shalat Dhuha).
 
Demikian telah kami nukilkan perbedaan-perbedaan antara aqidah Ahlussunnah Waljamaah dan aqidah Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah).  Sengaja  kami  nukil  sedikit saja,  sebab apabila kami nukil
seluruhnya, maka akan memenuhi halaman-halaman buku ini.
Harapan kami semoga pembaca dapat memahami benar-benar perbedaan-perbedaan tersebut. Selanjutnya pembaca yang mengambil keputusan (sikap).
Masihkah mereka akan dipertahankan sebaga Muslimin dan Mukminin ? (walaupun dengan Muslimin berbeda segalanya).
Sebenarnya yang terpenting dari keterangan-keterangan diatas adalah agar masyarakat memahami benar-benar, bahwa perbedaan yang ada antara Ahlussunnah dengan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah (Ja’fariyah) itu, disamping dalam Furuu’ (cabang-cabang agama) juga dalam Ushuul (pokok/ dasar agama).
Apabila tokoh-tokoh Syiah sering mengaburkan perbedaan-perbedaan tersebut, serta memberikan keterangan yang tidak sebenarnya, maka hal tersebut dapat kita maklumi, sebab mereka itu sudah memahami benar-benar, bahwa Muslimin Indonesia tidak akan terpengaruh atau tertarik pada Syiah, terkecuali apabila disesatkan (ditipu).
Oleh karena itu, sebagian besar orang-orang yang masuk Syiah adalah orang-orang yang tersesat, yang tertipu oleh bujuk rayu tokoh-tokoh Syiah.
Akhirnya, setelah kami menyampaikan perbedaan-perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah, maka dalam kesempatan ini kami menghimbau kepada Alim Ulama serta para tokoh masyarakat, untuk selalu memberikan penerangan kepada umat Islam mengenai kesesatan ajaran Syiah. Begitu pula untuk selalu menggalang persatuan sesama Ahlussunnah dalam menghadapi rongrongan yang datangnya dari golongan Syiah. Serta lebih waspada dalam memantau gerakan Syiah didaerahnya. Sehingga bahaya yang selalu mengancam persatuan dan kesatuan bangsa kita dapat teratasi.
Selanjutnya kami mengharap dari aparat pemerintahan untuk lebih peka dalam menangani masalah Syiah di Indonesia. Sebab bagaimanapun, kita tidak menghendaki apa yang sudah mereka lakukan, baik di dalam negri maupun di luar negri, terulang di negara kita.
Semoga Allah selalu melindungi kita dari penyesatan orang-orang Syiah dan aqidahnya. Amin.


http://www.albayyinat.net/jwb5ta.html

Dengan satu pertanyaan, satu gereja masuk islam, Subhanallah ..


 

Ada seorang pemuda arab yang baru saja menyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika. Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah SWT berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam.

Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.

Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gereja yang terdapat di kampung tersebut. Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan. Namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka. Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk.

Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar.

Di ambang pintu ia bertanya kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak hendak keluar. Namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima tantangan debat tersebut.

Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda tersenyum dan berkata, “Silahkan!”

Sang pendeta pun mulai bertanya,

1. Sebutkan satu yang tiada duanya,

2. dua yang tiada tiganya,

3. tiga yang tiada empatnya,

4. empat yang tiada limanya,

5. lima yang tiada enamnya,

6. enam yang tiada tujuhnya,

7. tujuh yang tiada delapannya,

8. delapan yang tiada sembilannya,

9. sembilan yang tiada sepuluhnya,

10. sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh,

11. sebelas yang tiada dua belasnya,

12. dua belas yang tiada tiga belasnya,

13. tiga belas yang tiada empat belasnya.

14. Sebutkan sesuatu yang dapat bernafas namun tidak mempunyai ruh!

15. Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?

16. Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?

17. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyukainya?

18. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!

19. Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?

20. Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yang terpelihara dari batu?

21. Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!

22. Pohon apakah yang mempu-nyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”

Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah. Setelah membaca basmalah ia berkata,

1. Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.

2. Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’: 12).

3. Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali dinding yang hampir roboh.

4. Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an.

5. Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.

6. Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.

7. Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk: 3).

8. Delapan yang tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,”Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).

9. Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan ****

10. Sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).

11. Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf

12. Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah, “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60). 

 

13. Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.

 

14. Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT ber-firman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing.” (At-Takwir: 18).

 

15. Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi YunusAS.

 

16. Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf,yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah kami,sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, “tak ada cercaaan terhadap kalian”, dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 

17. Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).

 

18. Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.

19. Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (AlAnbiya’: )

20. Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).

21. Sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 28).

22. Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun,setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.


Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut. Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.

Pemuda ini berkata, “Apakah kunci surga itu?” Mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak. Mereka berkata,”Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab,sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan, namun anda tidak mampu menjawabnya!”

Pendeta tersebut berkata,”Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah. “Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.” Sang pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: Asyhadu an La Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.”

Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam.

Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.

* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)

** Kisah nyata ini di ambil dari Mausu’ah al-Qishash al-Waqi’ah melalui internet, www.gesah.net

Kaum yang berpikir (termasuk para pendeta) sedianya telah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan akan menjaga manusia dalam kesejahteraan baik di dunia dan di akherat.. Apa yang menyebabkan hati para pendeta itu masih tertutup bahkan cenderung mereka sendiri yang menutup rapat jiwanya..

Semoga Allah SWT memberikan Hidayah kepada mereka yang mau berpikir.. aamiin