Rabu, 25 Maret 2015

Ujung Pakaianku Menyapu Jalanan


Penulis: Ummu Rumman
Muraja’ah: Ustadz Nur Kholis Kurdian, Lc dan Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Apa yang spontan terpikir di benak kita ketika melihat seorang muslimah yang memakai jilbab besar dan cadar, ditambah lagi pakaian yang lebar dan panjangnya sampai menyentuh tanah?? Oke, kita tak sedang membahas mengenai hukum jilbab dan cadar. Insya Allah masalah ini dapat ukhty temukan pembahasannya pada tulisan lain. Tapi kita tengah berbicara tentang panjang pakaian sang muslimah yang sampai menyentuh tanah.
“Mbak, mau nyapu jalan ya? Itu lho gamisnya kepanjangan, sampai ke tanah.”
“Sudah lebar, panjang pula. Apa ga kotor? Kalau kena najis di jalan gimana? Ga sah donk kalau pakaiannya dipakai sholat.”
“Iiiih… Jadi muslimah kok jorok sih? mbo’ panjangnya yang biasa aja. Ga usah berlebihan. Biar ga kotor…”
Ukhty, sering mendengar komentar semacam ini bukan?
Namun di sisi lain, kita temukan pula para wanita yang masih meremehkan masalah menutup aurat. Kaki, bagian tubuh wanita yang seharusnya ditutup justru digembor-gemborkan agar dijadikan salah satu daya pikat kecantikan wanita. Semakin pendek pakaian, semakin menarik, begitu anggapan mereka. Bahkan rok pendek dan rok mini menjadi bagian dari fashion model baju wanita. Wal iyaudzubillah.
Lalu, sepanjang apakah seharusnya pakaian wanita menurut syariat??
Anjuran Bagi Wanita untuk Memanjangkan Kain Pakaiannya
Ya Ukhty fillah, telah engkau ketahui bahwa wajib hukumnya bagi wanita untuk menutup auratnya. Dan termasuk bagian dari aurat yang harus engkau tutup adalah kakimu.
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan mengenai bagian bawah pakaian, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata kepada Rasulullah, “Lalu bagaimana dengan pakaian seorang wanita wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Hendaklah ia mengulurkannya satu jengkal,” Ummu Salamah berkata, ‘Jika demikian masih tersingkap ” Satu hasta saja dan jangan lebih dari itu,” jawab beliau. (HR. At Tirmidzi. Hadits hasan shahih)
Dari hadits di atas dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu:
Pertama, bahwa seorang wanita wajib menutup kedua telapak kakinya dengan pakaiannya.
Kedua, boleh hukumnya memanjangkan pakaian bagi seorang wanita dengan ukuran sebagaimana telah dijelaskan hadits di atas.
Dari mana diukurnya satu jengkal di mana seorang wanita memanjangkan pakaiannya?
Dalam hal ini ada perbedaan pendapat di kalangan ulama satu jengkal itu diukur dari mana. Akan tetapi, pendapat yang kuat -insya Allah- satu jengkal adalah diukur dari mata kaki. Karena inilah Ummu Salamah berkata, “Jika demikian, kedua kakinya masih tersingkap,” lalu Rasulullah memberikan keringanan dengan satu hasta.
Para ulama telah bersepakat bolehnya seorang wanita memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki. Hal ini berbeda dengan kaum laki-laki di mana mereka mendapat ancaman keras bila memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki.
Sebagaimana kaum laki-laki, kaum wanita pun dilarang isbal. Akan tetapi ukuran isbal pakaian wanita berbeda dengan kaum laki-laki. Isbal-nya pakaian laki-laki adalah di bawah mata kaki. Sedangkan isbal-nya pakaian wanita adalah bila melebihi satu hasta atau dua jengkal. Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits bahwa Rasulullah membatasi panjang pakaian wanita hanya boleh ditambah satu hasta atau dua jengkal, tidak boleh lebih.
Saat ini banyak kita dapati model pakaian wanita ala Barat, misalnya saja pakaian pengantin. Bagian atas ketat dan membuka aurat, tapi anehnya bagian bawahnya justru sampai bermeter-meter panjangnya!! Betapa banyak kesalahan yang terdapat dalam model pakaian semacam ini. Pertama, Tidak menutup aurat. Kedua, Isbal. Ketiga, merupakan pemborosan dan perbuatan yang sia-sia. Keempat, menyerupai (tasyabuh) orang kafir.
Cara Membersihkan Ujung Pakaian Wanita
Jika kini pada dirimu timbul pertanyaan, “Lalu bagaimana membersihkan ujung pakaian wanita? Bukankah dengan ukurannya yang panjang menjadikan pakaian tersebut besar kemungkinannya terkena najis di jalan?”
Islam agama yang kamil (sempurna) dan syamil (lengkap) yang menjelaskan setiap urusan secara detail, sehingga kita akan mengetahui berbagai solusi dari permasalahan yang kita hadapi dan belum kita ketahui. Ini sebagai bentuk kemudahan Islam.
Berkaitan mengenai cara membersihkan ujung pakaian wanita, maka simaklah hadiah nabawiyah berikut ini.
Dari seorang ibu putra Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf bahwa ia pernah bertanya kepada Ummu Salamah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Sesungguhnya aku adalah seorang perempuan yang biasa memanjangkan (ukuran) pakaianku dan (kadang-kadang) aku berjalan di tempat kotor?’ maka Jawab Ummu Salamah, bahwa Nabi pernah bersabda, “Tanah selanjutnya menjadi pembersihnya.” (HR. Ibnu Majah, Imam Malik dan Tirmidzi. Hadits shahih)
Namun, ada hal yang harus ukhty perhatikan dan pahami. Bahwa ketentuan yang disebutkan hadits di atas hanya berlaku untuk najis yang kering. Ketentuan ini tidak berlaku jika najisnya adalah najis yang basah atau cair.
Imam Malik berkata, “Sesungguhnya sebagian tanah membersihkan sebagian yang lain. Hal ini berlaku apabila kita menginjak tanah yang kotor, kemudian setelah itu menginjak tanah bersih dan kering, maka tanah yang bersih dan kering inilah yang akan menjadi pembersihnya. Adapun najis seperti air kencing dan semisalnya yang mengenai pakaian/ jasad maka harus dibersihkan dengan air.” Al Khathabi berkata. “Dan ummat sepakat dalam hal ini.”
Lebih jauh, Imam Syafi’i menjelaskan, bahwa ketentuan berlaku apabila najis yang diinjak adalah najis yang kering sehingga tidak ada najis yang melekat padanya. Maksudnya, najis tidak terlihat jelas secara fisik melekat pada pakaian (tanah telah menyucikannya). Apabila najis yang diinjak adalah najis yang basah, maka harus tetap dibersihkan dengan air hingga bersih.
Lalu, bagian mana yang harus dibersihkan. Apakah hanya pada bagian yang terkena najis saja ataukah seluruh pakaian?
Ukhty, pada asalnya yang wajib dibersihkan adalah hanya pada bagian yang terkena najis. Tidak harus dicuci semua.
Sebagian orang beranggapan bahwa bila suatu bagian pakaian terkena najis maka seluruh pakaian harus dibersihkan. Ini adalah anggapan yang tidak benar. Cukup bagian yang terkena najis saja. Jika sudah secara maksimal dibersihkan tetapi masih tetap tersisa, maka insya Allah tidak mengapa.
Semoga dengan penjelasan di atas kini para muslimah dapat mengetahui dan mengamalkan beberapa hukum berkaitan pakaian wanita. Allah dan Rasul-Nya telah menjelaskan pada kita mengenai najis, barang yang terkena najis dan bagaimana cara membersihkannya. Oleh karena itu, hendaklah para muslimah benar-benar mengilmui masalah ini. Tidak hanya sebatas masalah pakaian, tetapi jagalah juga diri dan lingkungan sekitar dari barang najis maupun barang-barang kotor yang bukan najis.
Jangan sampai muncul anggapan bahwa wanita muslimah adalah sosok yang tidak mengerti dan tidak peduli masalah kebersihan. Bukankah wanita juga yang mengurus sandang-papan bagi suami dan anak-anaknya. Jika kita sendiri tak mengerti, lalu bagaimana keadaan keluarga dan rumah kita nantinya?
Ukhty, mari kita niatkan setiap amal kita untuk mencari wajah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya. Bukan sekedar karena berprinsip “saya suka kebersihan.” Tapi mari cintai dan wujudkan keindahan dan kebersihan karena mengharap ridha Allah.
Maraji':
Al Wajiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz (Terj.), Syaikh ‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi (pustaka As Sunnah)
Ensiklopedi Fiqih Wanita, jilid 2, Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim (Pustaka Ibnu Katsir)
Kajian Al Wajiz oleh ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar, November 2008
Kajian Al Wajiz oleh ustadz Muslam, tahun 2004
Qutufun minasy Syamailil Muhammadiyah wal Akhlaqun Nabawiyah wal Adabil Islamiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

Kamis, 19 Maret 2015

Episode Sendiri


SALAH satu ujian iman tertinggi adalah ketika diri tak menyadari posisi tertinggi hati,, tak lagi Allah yang menghuni.
Terkelabui oleh cinta yang KATAnya sejati, padahal hakikat kehadirannya hanya untuk menguji. Bersibuk memantaskan diri karena jodoh, BUKAN lagi karena Allah.
Terbakar semangat menikah, tanpa menyadari niat berbelok, tak lagi untuk ibadah.
Mulai gelisah menapaki pencarian, mengabaikan penguatan ketaatan dalam kesendirian.
Padahal ketahuilah, episode ‘sendiri’ itu Allah berikan sebagai sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi kehidupan. Episode ‘sendiri’ juga merupakan kesempatan untuk memupuk ketaatan, sebagai bekal persiapan pulang.
Ia BUKANlah sebuah kutukan, sehingga dianggap pantas sebagai cibiran. BUKAN !!
Tenang saja, kalem, santai, semua sudah diatur. Diatur dengan sebaik-baiknya, dengan setepat-tepatnya. Tak perlu gelisah, khawatir jadi salah arah. Tak perlu buru-buru, khawatir jalan tempuhnya keliru. Jangan terbawa arus, meski di luar sana banyak sekali ‘kompor’ yang nyaris membuat hangus. Santai saja.
Lagipula mereka di luar sana belum tentu ikut bertanggungjawab apabila diri salah niat.
Kuatkan hati, sambil berbenah diri. Tapi hati-hati.
Jangan bersibuk memantaskan diri karena jodoh, BUKAN lagi karena Allah. Sebab jika tujuannya demikian, sesungguhnya tanpa sadar kita telah membatasi karunia Allah. Jika Allah ridho, karunia yang diberikan-Nya bisa jauh lebih luas dari itu.
Berbenahlah dengan ikhlas, demi menggapai kemuliaan dan kehidupan terbaik, dunia serta akhirat.
Ingatlah, kita akan diuji oleh sesuatu yang benar-benar kita cintai.
Bisa jadi sebab Allah cemburu, hamba yang pada mulanya begitu mencintai-Nya, sedang lupa dan lalai tanpa sadar.
Maka doaku, doamu, dan doa siapapun yang setuju, berharap diri tak keliru menyandarkan harapan, pada yang tak seharusnya.
Berharap hati tak dilabuhkan, pada tempat yang tak semestinya.
Berharap Allah menggenggam segala rasa, yang tak perlu tercurah, bila belum saatnya.
Andai pun kelak dipertemukan, berharap kecintaan kepadanya, tak lebih tinggi dari kecintaan kepada-Nya.
Sebab jika Allah tidak ridho, tentu tak sulit bagi-Nya mengambil kembali, apapun yang kita rasa sudah dimiliki.
Maka, undang keridhoan-Nya, dengan tetap menempatkan Illahi Rabbi di posisi tertinggi hatii..

Selasa, 10 Maret 2015




Bismillah.
Seringkali kita menginginkan yang sudah kenal agama itu sempurna...
Melupakan sejatinya mereka tetaplah manusia yang kadang salah dan juga lupa...
‪#‎saling‬ menasehati jangan ditinggalkan
_Abdul Rokhman As-Syukur_
_________________________
Ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; kerena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
[Q.S. Ali Imran : 8]
______________
Ini poin-poin kajiannya:
1. berusaha Isi waktu dengan hal positif, krna jika tidak PASTI di isi dengan negatif minimal hal yang sia-sia
2.pahala besar menerapkan sunnah dalam keterasingan Islam lebih2 di negara non-muslim, insyaAllah
3. Kita berusaha berakhlak mulia dan menunjukkan akhlak mulia (lebih2 dinegara non-muslim)
Akhlak mulia:
-cermin keimanan, jika akhlak rusak itulah gambaran imannya
-akhlak baik paling banyak memasukkan manusia ke surga
Jika ingin Islam berjaya, perbaiki dahulu akhlak, karena banyak sekali Islam berkembang karena akhlak pendakwahnya yang mulia
contohnya nusantara yang sebelumnya dominasi hindu-budah jadi Islam karena akhlak pendakwahnya (para pedagang)
4.berusaha menerapkan sunnah banyak anak di negara non-muslim
tapi ingat:
banyak anak adalah sunnah sedangkan mendidik anak hukumnya wajib jadi bijak mengatur jarak anak
Dibeberapa negara eropa jumlah kaum muslimin meningkat sekitar 15-20 %, diperkirakan tahun 2050 bisa 50%
Karena wanita mereka "katanya" enggan punya anak karena sibuk karir
karenanya ada yang mengatakann
"Eropa akan takluk dengan hadits memperbanyak anak"
Wallahu a'lam
5. Segala perintah dan larangan syariat adalah untuk kebaikan manusia, baik yang diketahui atau tidak
jadi laksanakan saja tanpa memaksa-maksakan tahu hikmah dan keuntungan dunianya apa
Boleh berusaha meneliti dan mencari hikmah dengan ilmu pengetahuan (misalnya puasa itu menyehatkan) asalkan:
-jangan jadikan dalil
-ilmunya benar, karena kalau salah malah jadi bumerang
-jangan pertama kali yang ditekankan atau diajarkan keuntungan dunia, ini bisa dijelaskan untuk membantu saja, misalnya dakwaj kepada orang non-muslim
6. Sebaiknya jangan: baru rajin ibadah setelah tahu keuntungan dunia
misalnya baru rajin shalat malam.setelah tahu manfaat gerakan shalat, baru rajin puasa setelah tahu manfaat puasa untuk diet
7. Niat utama tetap ibadah sedangkan niat keuntungan dunia adalah sekedar sampingan saja (tidak terlalu diperhatikan)
Misalnya pas buka puasa jangan yang difokusnya atau pertama kali adalah menimbang berat badan dan jangan bersedih jika berat badan tidak turun
8. Ikhlaslah beribadah maka dunia akan menghampiri
jika ada orang yang biasa puasa sunnah, biasa shalat malam
Dan dia TIDAK tahu hikmah dan keuntungan ibadah tersebut (misalnya dia tidak tahu puasa itu menyehatkan)
Apakah ia mendapat keuntungan tersebut?
jawabnya: tentu dapat dan dia ikhlas kepada Allah
Penyusun: Raehanul Bahraen